KEBAIKAN HATI MENDATANGKAN RIZKI
- Pada zaman dahulu hiduplah dengan damai keluarga Marmut dan keluarga Tikus di sebuah desa kecil meskipun dengan latar belakang ekonomi yang berbeda.
- Ayah Marmut adalah seorang pengusaha kaya di pusat kota dan ibunya adalah seorang designer terkenal mancanegara sedangkan ayah Tikus adalah seorang nelayan dan ibunya adalah seorang petani.
- Kondisi ekonomi yang berbeda membuat Marmut tidak mau berteman baik dengan Tikus. Dia selalu berkata keluarga Tikus bau amis dan dekil. Meskipun sering ditegur orangtuanya karena ucapan kasarnya, Marmut tidak memperdulikan nasihat orang tuanya.
- Marmut dan Tikus belajar di sekolah yang sama. Suatu hari di sekolah, Tikus melihat banyak anak berkumpul di depan papan pengumuman, termasuk Marmut. Ternyata, ada pengumuman menyebrang sungai secara berpasangan menggunakan rakit buatan. Pasangan yang tercepat dalam menyebrangi sungai dengan rakit buatannya, akan mendapat hadiah uang 20 juta.
- Melihat pengumuman tersebut, Tikus merasa tidak bersemangat untuk mengikuti lomba. Ia yakin tidak ada teman yang mau berpasangan dengannya karena hampir semua temannya selalu mengejeknya seperti yang dilakukan Marmut.
- Setiba di kelas, Ulat bulu tiba-tiba menghampiri Tikus dengan wajah memelas sambil berkata. “Apakah kamu mau mengikuti lomba bersamaku, Tikus? Teman lain tidak mau mengajakku dalam kelompok mereka karena mereka menganggapku kurang lincah dan mereka bisa kalah kalau satu kelompok denganku”. Melihat ulat bulu yang memelas, Tikuspun berujar dengan gembira “Tidak perlu khawatir ulat bulu, ayo ikut lomba bersamaku!” .
- Persiapan lomba pun dimulai. Tikus dan ulat bulu sangat sibuk mempersiapkan perlombaan. Setiap hari mereka bejalan naik turun gunung untuk mencari perlengkapan untuk membuat rakit. Mulai dari kayu, tali, bunga hingga dedaunan.
- Sembari menyempurnakan rakit bauatan mereka dengan berbagai macam hiasan, Tikus dan ulat bulu juga menyempatkan untuk mencoba melayarkan rakit mereka di laut dengan bantuan ayah Tikus untuk memastikan apakah rakitnya dapat bertahan diterpa ombak yang keras atau tidak.
- Disamping kesibukan persiapan Tikus dan ulat bulu, Marmut yang memutuskan untuk mengajak rubah dalam kelompoknya menghabiskan waktu mereka dengan bersantai di kolam renang rumahnya. Mereka tidak perlu kesulitan mencari bahan untuk mempersiapkan rakitan karena mereka tinggal meminta orang tua mereka masing-masing untuk membelikan bahan dan mempersiapkan segala keperluan lomba mereka.
- Dua hari sebelum lomba, rakit milik Tikus dan Ulat bulu masih belum jadi sempurna karena mereka masih kekurangan bahan. Melihat hal tersebut, rubah mengejek kelompok Tikus dengan berkata “Sudahlah tidak perlu susah payah, kalin suadah pasti kalah. Lihatlah rakitan kalian sangat payah.” Marmut pun mengiyakan ucapan rubah dengan senyum mengejek. Tikus dan ulat bulu tidak menghiraukan perkataan rubah dan Marmot sambil terus menyelesaikan rakit mereka.
- Hari lomba pun tiba semua peserta lomba hadir dengan membawa rakit hiasnya masing-masing dengan percaya diri. Begitupula Tikus dan ulat bulu. Meskipun mendapat tatapan remeh dari teman sekelas, mereka beruda tetap berdiri dengan penuh percaya diri.
- Setelah menunggu beberapa saat, lomba pun dimulai. Semua peserta lomba melayarkan rakitannya masing-masing untuk melintasi jalur lomba. Sekitar 10 menit perlombaaan berlangsung, banyak peserta yang harus gagal karena rakit mereka terbawa arus sungai. Sehingga, mereka harus berenang ke tepian.
- Berbeda dengan peserta lain, Tikus dan Ulat masih berjuang dengan tangguh melewati berbagai tantangan lomba. Mereka juga mampu menghalau arus hingga ke tengah sungai.
- Di lain sisi, rakit milik Marmut dan rubah mulai lepas satu persatu akibat dari hempasan arus Sungai. Marmut mulai panik menyadari bahwa dirinya tidak pandai berenang seperti rubah.
- Melihat rakitnya yang hampir porak poranda, Rubah Bersiap untuk melompat ke Sungai dan berenang kembali ke daratan. Melihat itu, Marmut pun memohon pada rubah untuk mengajaknya bersama. “Rubah, ajak aku bersamamu, aku tidak bisa berenang. Kalau kamu meninggalkanku disini, aku bisa mati tenggelam.”
- Mendengar itu rubah menjawab “Kamu begitu besar Marmut, jika aku berenang sambil membawamu, kita berdua bisa mati tenggelam, kamu harus berjuang ke daratan sendiri.” Belum sempat mendengar jawaban Marmut, rubah langsung melompat ke Sungai dan meninggalkan Marmut sendiri di atas rakit yang sudah tidak berbentuk rakit lagi.
- Menyadari dirinya sangat tidak berdaya dengan kondisinya, Marmut pun mulai menangis dan meminta tolong ke semua peserta lomba yang ada di sekitarnya namun sayangnya semua peserta lain juga sedang berjuang dengan rakitnya masing-masing.
- Situasi yang berbeda terjadi pada kelompok Tikus dan ulat bulu. Rakit milik Tikus dan Marmut sudah melewati lebih dari setengah jalur perlombaan. Ketika mereka sudah melihat tanda finish Tikus mendengar teriakan tolong dari salah satu peserta lomba “Siapapun tolong bantu aku!!! Rakitku rusak dan aku hampir tenggelam!!!”
- Tikus meminta ulat bulu untuk emegang kendali rakit sedangkan ia mencoba melihat ke sekeliling jalur perlombaan. Tikus kaget, ternyata peserta yang teriak tadi adalah Marmut yang konidisi rakitnya sudah porak poranda dan dia hanya berdiri berpegangan dengan satu batang kayu yang tersisa dengan jarak jauh di belakang Tikus.
- Melihat keadaan Marmut, Tikus dilemma apakah harus membantu Marmut atau kembali mengejar garis finish. Melihat kegelisahan Tikus ulat bulu menguatkan Tikus dengan berkata “Tidak apa Tikus kamu pergilah dan bawa Marmut ke rakit kita, aku bisa mengendalikan rakit ini sementara kamu menyelamatkannya. Segera pergi agar kamu bisa lekas kembali kesini.”
- Mendengar perkataan Ulat bulu, Tikus menjawab sambul melompat ke Sungai “Aku percayakan rakit ini padamu kawan, kamu harus bertahan!!!” byuuuurrrrrrrrr… Tikus menceburkan dirinya ke dalam Sungai lalu melesat cepat kea rah Marmut.
- Melihat kondisi Marmut yang hampir tenggelam karena menelan banyak air, Tikus dengan cekatan menarik kedua tangan Marmut ke pundaknya lalu menyeret tubuh besar Marmut bersamanya. Meski Tikus kesulitan karena tubuh Marmut yang ukurannya melebihi tubuhnya, dia tetap berjuang melawan arus Sungai untuk mencapai posisi rakit miliknya dan Ulat bulu.
- Ketika mencapai rakit. Ulat Bulu dan Tikus bersusuah payah menaikkan tubuh ke atas rakit milik mereka karena tubuh Marmut yang beratnya melebihi ukuran tubuh mereka berdua.
- Karena tubuh berat Marmut, Ulat Bulu dan Tikus kesulitan mengendalikan rakit mereka menuju garis finish. Rakit mereka tidak bisa berjalan secepat biasanya yang mengakibatkan rakit lain mendahului mereka.
- Menyadari mereka tidak akan menjadi pemenang lomba, Tikus dan Ulat Bulu tetap tidak putus asa, mereka tetap berjuang melakukan yang terbaik yang mereka bisa untuk mencapai garis finish. Tikus dan Ulat Bulu akhirnya meraih garis finish di posisi kedua. Meskipun bukan posisi yang mereka harapkan sejak awal, mereka berdua tetap puas dengan kemenangan yang mereka dapatkan.
- Moment pengumuman pemenang pun dimulai. Semua peserta lomba pun berkumpul di lapangan. Semua peserta mendengarkan kepala sekolah berbicara di depan semua orang. “Kami sangat Bahagia karena semua peserta lomba mengikuti kegiatan lomba ini dengan penuh antusis dan kami sangat menghargai usaha kalian semua. Pemenang yang mendapatkan hadiah utama dari lomba kali ini bukan peserta tercepat yang mencapai garis finish” mendengar apa yang disampaikan kepala sekolah, semua peserta lomba terdiam. “Pemenang lomba kali ini adalah peserta yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, mereka yang mengenyampingkan ambisi menang demi menyelamatkan nyawa esame teman. Dengan ini hadiah utama lomba kali ini kami berikan kepada… Tim Tikus dan Ulat Bulu!!!…..”
- Mendengar nama mereka disebut, Tikus dan Ulat Bulu pun terhentak kaget dan tidak percaya karena mereka tidak berekspektasi akan menang. Mereka juga kaget karena semua teman-teman mereka ikut bertepuk tangan riuh atas kemenangan mereka berdua karena dari awal semua peserta lomba mencibir keikutsertaan mereka berdua.
- Pada akhirnya Tikus dan Ulat Bulu pun memenangkan perlombaan ini. Marmut menyesali tindakannya yang meremehkan Tikus dan Ulat Bulu dia pun sangat berterima kasih karena Tikus dan Ulat Bulu sudah menyelamatkan nyawanya. Setelah perlombaan itu, sekarang Marmut Ia belajar untuk berteman dengan tulus tanpa memandang kekurangan teman-temannya. Ia juga menyadari bahwa setiap orang memiliki kekurangan dan kelebihan, termasuk dirinya.
- Setelah perlombaan tersebut, Marmut mendapat banyak sekali pelajaran. Salah satunya adalah usaha tidak akan mengkhianati hasil. Sejak saat itu, Marmut, Tikus, dan Ulat Bulu menjadi sahabat sejati.