PEMBINAAN GURU MI MANARUL ISLAM

Malang (MI Manarul Islam) – Pembinaan Guru dan Karyawan MI Manarul Islam kembali dilaksanakan. Acara rutin yang dilaksanakan menjelang pergantian tahun pelajaran baru ini berlangsung selama dua hari, yaitu Senin dan Selasa (6-7/7). Dihadiri oleh 52 guru MI Manarul Islam yang terdiri dari guru reguler dan tahfidz, acara ini berlangsung di lantai 3 MI Manarul Islam. Tidak hanya guru, Ketua Umum Yayasan Amal Shaleh Malang (YASMA) dan Ketua Pembina YASMA juga hadir dalam acara ini sekaligus bertindak sebagai pemateri. Walaupun diadakan di tengah pandemi yang belum kunjung berakhir, peserta tetap melaksanakan protokol kesehatan seperti mencuci tangan, menggunakan hand sanitizer ketika masuk ruangan, dan menjaga jarak.

Acara dibuka dengan pembacaa ayat suci Al Quran yang dipimpin oleh Hasan Basri, salah satu guru tahfidz MI Manarul Islam, dan diikuti oleh seluruh peserta. Kepala MI Manarul Islam, Zainul Mujahid, membuka acara dengan menjelaskan tujuan diadakannya acara rutin ini. “Tujuan diadakannya pelatihan atau workshop ini adalah untuk membangun kesepahaman bersama mengenai visi dan misi MI Manarul Islam. Kemudian kita ingin ada kesadaran kolektif untuk membangun MI Manarul Islam menjadi lebih baik dan menjadi kebanggaan umat,” kata Zainul.

Menginjak inti dari acara, Ketua Pembina YASMA, Arifin, menerangkan materinya tentang Upaya Menjadi Guru Unggul dalam Perspektif Sosiologi Agama. Ia menyampaikan bahwa apapun disiplin ilmu yang dimiliki, harus didasarkan pada Al Quran dan hadits. “Lebih dari separuh isi Al Quran dan hadits membahas tentang sosiologi, sehingga menuntut kita untuk sholeh secara sosial juga sholeh secara profesional,” kata Arifin. Pria yang juga mengajar di Universitas Brawijaya dan Universitas Negeri Malang ini menampilkan konsep Progress of Change (POC) sebagai syarat untuk memiliki kompetensi guru unggul. “Selalu muhasabah, membangun kesadaran batin terdalam, dan selalu kreatif inovatif,” tambah Arifin.

Materi kedua disampaikan oleh Ketua Umum YASMA, Dwi Agus Sudjimat, yang membahas tentang Signifikansi Kerjasama dalam Menjadikan MI Manarul Islam sebagai Madrasah Unggul. Filosofi tentang sapu lidi pun digunakan oleh pria yang juga dosen teknik di Universitas Negeri Malang ini untuk menggambarkan kerjasama tim. “Tali pengikat di sapu lidi kita ibaratkan peraturan dan norma yang berlaku di institusi tersebut. Sedangkan anggota adalah sodo-nya (lidi). Benda ini berfungsi jika ada tukang sapunya, yaitu leader,” terang Agus. Selain itu, ia membawakan konsep 6 C’s dalam kerjasama, yaitu thnik creative, communicate clearly, work collaboratively, embrace culture, develop creatively, dan utilize connectivity. Ia juga mengingatkan kepada para peserta agar tidak berorientasi pada keinginan tapi harus berorientasi pada kebutuhan.

Pembinaan di hari kedua diisi oleh Kepala MI Manarul Islam, Zainul Mujahid. Dalam materinya, Zainul banyak menyinggung tentang visi dan misi MI Manarul Islam dan permasalahan sosial yang sering terjadi belakangan ini. “Salah satunya adalah terkikisnya akhlak islami. Jadi banyak anak sekarang itu kalau salim bukan di hidung, tapi ke pipi atau ke dahi. Ini yang harus kita benahi bersama,” ujar Zainul. Pria yang juga mengajar di Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STIBA) ini juga mengingatkan tentang kerjasama antar guru dan pelayanan kepada santri maupun wali santri. “Kita harus paham tentang produk kita seperti program apa saja yang kita miliki, lalu berapa harga SPP-nya. Supaya jika ada yang bertanya tentang MI MANIS kita bisa menjawab. Lalu biasakan untuk tersenyum jika bertemu wali santri supaya mereka juga nyaman ketika berada di sini,” terang Zainul.

Acara diakhiri dengan pembagian Surat Keputusan (SK) untuk guru yang baru bergabung dan pembaharuan SK untuk guru yang sudah mengabdi lebih dari satu tahun di MI Manarul Islam (yna).